Mandailing dalam Tinjauan Pustaka
Mandailing dikenal sangat luas dan besar saat ini, tetapi kebesaran Mandailing itu telah membuat lupa sebagian kaum Mandailing sejarah aslinya, dan seperti angkuh untuk mengatakan mereka bukan bagian Batak. Tanpa mempelajari dulu sejarah sebenarnya.
Hal ini menggugah banyak orang untuk kembali mempelajari sejarah dan menggali sumber-sumbernya. Adakah benar begitu dan salahkan pendapat umum yang sudah berabad-abad dikenal bahwa Mandailing itu ada dalam ulayat Batak?
Penulis akan merangkum bagaimana memandang Mandailing dari berbagi aspek.
1/ Mandailing sebagai wilayah teritorial
Mandailing (kini) sebagai wilayah teritorial, hanyalah lebih kecil dari Kabupaten Mandailing Natal, yang merupakan gabungan tiga tiga teritori ulayat yakni Mandailing Godang, Mandailing Julu (Pekantan) dan Natal (Lihat peta).

Pemekaran Tapanuli Selatan menjadi beberapa kabupaten terlihat kenyataan bahwa hanya satu kabupaten memakai nama Mandailing itu pun tidak berdiri sendiri tapi menyertakan nama Natal. Sejarah dan cerita turun temurun akan sangat mempengaruhi sisi primodialisme dalam menentukan nama wilayah tanah leluhurnya.
[wp_ad_camp_1]
2/ Mandailing sebagai ulayat Marga (lihat photo Tarombo Marga Pulungan).
Tanah Mandailing dulunya dalam turi-turian (legenda) adalah milik Marga tua Mandailing yakni Pulungan. Cerita sangat Panjang dalam peralihan dari Pulungan ke Nasution yang melibatkan Si Baroar (Leluhur Nasution Dahulet – TJ Willer 1840), tetapi yang terbesar jasanya meluaskan wilayah adalah anak-cucunya terutama Baginda Mangaraja Enda (TJ willer -1840), jadi sulit melihat begitu saktinya Si Baroar/Pertuan Moksa hingga punya wilayah yang luas tanpa peran keturunanya, jadi awalnya Si Baroar sepertinya hanya punya satu huta (wilayah) selanjutnya Siantar, Pidoli bukit dll direbut keturunannya. Jasanya tercatat waktu itu mengusir musuh.

Mandailing sebagai ulayat Marga dikenal sebagai tanah yang di tempati oleh dua Marga besar yakni:
– Nasution yang merupakan pemilik ulayat Mandailing Godang dan Julu
– Lubis yang merupakan pemilik ulayat Pekantan
– Dan ada Marga-marga lain yang utama Seperti Rangkuti, Parinduri dan Mardia

3/ Mandailing sebagai nama yang di berikan pada keturunan Sibaroar
Adalah hal lumrah di tanah Batak nama anak dijadikan nama huta/kampung yang akan di pertahanakan keturunannya. Si Baroar (gelar Pertuan Moksa-cat: saya tak temukan Sutan Diaru sebagai Nama lain Si Baroar pada buku Willer) yang mempunyai keturunan bernama Raja Mandailing berikut silsilahnya (TJ Willer – 1840).
Si Baroar/Pertuan Moksa yang mewariskan Nasution Dahulet (HAK Pulungan menyebut Nasution Jambu), mempunyai seorang anak Sutan Natoras, dari Istri pertamanya Boru Lubis Roburan (disini terlihat Lubis sudah lebih dulu ada dari Si Baroar).
Sutan Natoras dari Boru Lubis Roburan punya seoarang anak bernama Sutan yang Di Pertuan Penakluk Kota Siantar (Cat: di Toba nama-nama Siantar identik dengan marga ulayat Manurung, termasuk Kota Madya Siantar – Simalungun (dan eks Kerajaan Siantar juga menghubungkan nama Siantar dengan Kampung asal leluhurnya sebagai anak boru dari Marga Manurung – J Tidemen 1926).
Sutan yang di Pertuan Penakluk Kota Siantar punya dua Istri boru Lubis Kota Nopan (3 Anak) dan Lubis Roburan (istri kedua juga 3 Anak) dari anak pertama istri kedua ini lahirlah Raja Mandailing yang merebut Pidoli Bukit dan berhasil melewatinya.
Jadi terlihat nama Mandailing baru terbaca sebagai generasi ke 4 dari Si Baroar/Pertuan Moksa dimana sebelumnya ia merebut dan menempati kampung bernama Pidoli Bukit.
4/ Mandailing sebagai territori budaya/bahasa (Lihat peta Mandailing sebagai wilayah Anthropologi)
Kedekatan Raja-raja Mandailing dengan Belanda paska Perang Paderi, tentu menghasilkan hubungan yang harmonis dengan dengan Belanda (para penulisnya dan Barat tentunya). Belanda lah yang bertujuan untuk kemudahan administrasi, mengelompokan tanah-tanah di eks Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai daerah Angkola–Mandailing. Sering disebut dengan nama Mandailing saja atau memisahkan Angkola dengan Mandailing.
Jadi pengaruh Kolonial sangat besar pada kebesaran Mandailing saat ini, gerakan Mandailing Bukan Batak (yang menonjolkan marga Nasution dan Lubis saja sebagai pionir) telah membangkitkan perlawanan kulturan dari daerah yang sebenarnya bukan ulayat Marga Nasution atau Lubis), termasuk perlawan Marga Lubis yang menyebar banyak seantero Tanah Batak, juga Nasution bukan Dahulet (bukan keturuna Si Baroar). Kebesaran yang di rongrong dari dalam sendiri.

5/ Mandailing dalam Negara Kertagama
Mandailing ada tertulis dalam kita Negara Kertagama, tapi belum ada referensi cukup untuk menghubungkan Mandailing kini dengan Negara Kertagama.
6/ Mandailing dalam Tonggo-tonggo Boru Deak Parujar
Dalam Tonggo-tonggo Boru Deak Parujar maka terbersit nama Bondailing (Mirip Mandailing) sebagai tempat yang di hormati dan khusus. Banyak pihak mengatakan kebenaran ini mengingat di “tanah” Mandailing lah ada komplek Percandian Biaro Bahal yang ada sejak jaman Sriwijaya sebagai bukti dukungan betapa saat itu daerah candi itu sudah maju.
Tapi secara teritori, hak marga dan sebelum Belanda datang membantu Mandailing Melawan Paderi makan komplek percandian itu bukan wilayah Mandailing, yang paling mungkin adalah nama Mandailing di hidupkan kembail oleh Sutan Dipertuan Penaklulk Kota siantar yang menamai anaknya Raja Mandailing.
sejarah mandailing, Wilayah mandailing, mandailing, mandailing online, mandailing bukan batak, mandailing adalah batak, mandailing antar nusa, mandailing angkola, mandailing apakah batak, mandailing adalah, mandailing atau batak, mandailing batak, mandailing bukan orang batak, mandailing batak atau tidak,
Tulisan diatas terlalu dipaksakan sehingga mengubah beberapa nomenklatur dari sumber sumber yang dikutip.
Terlalu dipaksakan yang mana? silahkan saudara beri alasan kenapa tulisan di atas yang punya sumber saudara katakan di paksakan. Sejarah bukan cerita perasaan, maaf. sejarah adalah cerita masa lalu dari masa ke masa.
elok berdikusi Sejarah dengan dan pembanding. terimakasih sudah singgah.